“Nenek sudah tua, giginya tinggal dua”
Baru-baru ini saya menonton “The Curious Case of Benyamin Buttons”. Saat menonton saya disergap sepi -keueung- menyaksikan bagaimana tragisnya manusia menempuh hidup dengan beragam cara dan jalan, tapi tetap saja arahnya menuju tua. Dan mati.
Di hari pertama kamu lahir, ibu memelukmu. Bapak yang membuangmu ke arena yang berdebu.
Saat situasi berat datang, hati patah, siapa yang kau datangi untuk mengadu dan menyedu? Perempuan. Entah ia istrimu, sister, ibumu, nenek, seseorang.
Ketika tulang-tulangmu tak lagi kuat menanggung dunia dan nafas makin menghembus ke tanah, anak-aak perempuanmu yang menuntunmu, membaringkanmu agar kepala sejajar dengan tanah, agar siap pulang.
Bahkan saat ini pun kita selalu berharap -seperti Beatles bertanya ‘ “When I get older loosing my hair, many years from now, will you still sending me valentine, birthday greeting, bottle of wine?”
Jangan habiskan cinta, sampai maut menyapa.
– Entah kenapa bukan kakek yang sudah tua, dan giginya tinggal dua. Mungkin kakek mati muda.
Selamat hari ibu. Selamat jalan, nenek.
Yogjakarta, 22 Desember 2010
Iklan
0 Responses to “NENEK SUDAH TUA, GIGINYA TINGGAL DUA”